Françoise Sagan ialah seorang gadis Perancis yang mulai menulis roman sulungnya pada usia 18 tahun. Raymond Radiguet, seorang pemuda tanggung yang sudah berhasil menyiapkan karya perdananya pada usia 15 tahun. Akan tetapi baik Françoise Sagan maupun Raymond Radiguet bukanlah pengarang ‘’chicklit’’ atau ‘’teenlit’’. Meskipun berusia muda mereka telah berhasil melahirkan karya sastra tanpa embel-embel ‘’chick’’ atau ‘’teen’’ atau sastra yang masih muda atau belum cukup umur atau masih mentah. Karya-karya mereka benar-benar tergolong dalam kesusastraan tanpa embel-embel yang ujung-ujungnya tak enak seperti ‘’karya penulis muda usia’’ atau ‘’hasil karangan pengarang yaang masih junior’’ atau ‘’ciptaan para pemula’’ atau ‘’karya sastra yang belum masak’’ atau ‘’cuma chicklit’’ atau ‘’hanya teenlit’’ dan semacam itu lainnya.
SI PENCERITA, seorang remaja tanggung berusia 15 menjelang 16 tahun membuka cerita tentang pengalaman dan pergaulan dirinya dengan Marthe, isteri Jacques yang berusia 19 tahun. Hubungan seperti api yang disiram minyak karena perang meletus dan Jacques diwajibkan pergi ke medan perang. Si pencerita mengajukan suatu pertanyaan kepada dirinya sendiri, ‘’Est-ce ma faute si j’eus douze ans quelques mois avant la declaration de la guerre?’’ karena pertanyaannya itu berarti, ‘’Salahkah daku kalau aku berusia dua belas tahun semasa pernyataan perang diumumkan?’’
Dan dari si pencerita itu pula kita tahu tentang tempat tinggalnya. Tertulis masih di bagian pembukaan bahwa ‘’Nous habitions à F…, au bord de la Marne’’ (Kami tinggal di F…, di pinggir sungai Marne). Pernyataan singkat ini sangat penting karena Raymond Radiguet sang pengarang Le diable au corps pun tinggal di kawasan bahkan rumah yang sama dengan si pencerita dalam kisah yang diberi judul Le diable au corps.
Dalam keluasan korpus sastra adalah hal yang biasa jika antara pengarang dan tokoh karyanya tak terpisahkan. Tak dapat dipisah dan tak mungkin dibelah karena mereka memang menyatu, begitu bersatu sehingga pengarang sama dengan tokoh dan sebaliknya tokoh sama dengan pengarang. Bahkan dalam ‘’Borges y Yo’’ (Borges dan Saya) peengarang Jorge Luis Borges meragukan siapakah yang menulis halaman cerita itu, mungkin Borges, barangkali sang Kembaran, ‘’I do not know which of us has written this page’’.
Tokoh utama yang adalah si pencerita kisah itu mengisahkan tentang kematian kekasihnya Marthe, isteri Jacques karena melahirkan anak. Bayi itu adalah buah cinta antara Marthe dengan si pencerita. Bukan hasil hubungan dengan suaminya karena Jacques segera dikirim ke medan perang begitu mereka menikah. Namun tak ada orang yang memberitahu tentang kehidupan si pencerita selanjutnya dan juga tentang kehidupan Jacques, suami Marthe.Yang dicatat orang ialah kematian pengarang karya ini karena Raymond Radiguet yang dilahirkan di Saint-Maur pada 18 Juni 1903 meninggal-dunia di Paris 12 Desember 1923.
Karena itu pernyataan Stendhal dalam karyanya Le Rouge et le Noir (1830), ‘’Une mouche éphémère naît à neuf heures du matin dans les grands jours d’été, pour mourir à cinq heures du soir; comment compredrait-elle le mot nuit? Donnez-lui cinq heures d’existence de plus, elle voir et comprends ce que c’est la nuit’’ ditujukan bukan saja kepada tokoh utama karyanya Julien Sorel tetapi juga kepada Raymond Radiguet dan juga kepada tokoh karyanya si pencerita dalam Le diable au corps, atau kepada pengarang dan / atau bukan pengarang orang-orang yang mati muda, karena sitiran karya Stendhal itu berarti, ‘’Serangga pendek usia yang lahir pada pukul sembilan pagi pada hari-hari cemerlang musim-panas, untuk mati pada pukul lima petang; bagaimanalah dia tahu arti kata malam? Berikan padanya lima jam lagi hidup, dia akan melihat dan memahami apa itu malam.’’
Raymond Radiguet ialah hasil temuan seniman serigunting Jean Cocteau (1889-1964). Dikenal luas sebagai penyair, Cocteau juga seorang pengarang roman, teaterawan, perupa, bahkan seorang sineas yang telah menghasilkan film kontroversial ‘’La Belle et la Bête’’ Ia melihat dalam diri Raymond Radiguet ada seorang Arthur Rimbaud (1854-1891) yang pernah menggoncangkan Perancis dengan puisi-puisinya yang amat dahsyat yang dihasilkan pada usia sangat muda, 16 atau 17 tahun; salah-satu di antaranya berjudul Une Saison en enfer (Semusim di Neraka). Persahabatan mereka melahirkan Raymond Rimbaud Radiguet yang menggetarkan gelanggang sastra Perancis dengan kisah seorang belia yang mengalami keadaan seperti kerasukan setan menggauli seorang isteri muda sampai perempuan muda itu melahirkan hasil hubungan mereka. Marthe meninggal-dunia karena melahirkan, sedangkan usia kekasihnya yang memaparkan kisah itu hampir sama dengan usia dan jalan kehidupan Raymond Radiguet. Jorge Luis Borges (1899-1986) yang sangat suka dengan imaji ‘’cermin’’ mengingatkan dalam banyak sajak dan kisah-kisah pendeknya bagaimana kalau kita bercermin maka di dalam cermin ada cermin, ada cermin, ada cermin. Seperti juga dalam hidup ada mimpi, ada mimpi, ada mimpi-mimpi. Dan bahwa mimpi itu pada gilirannya bermimpi-mimpi.
Cocteu bersama Radiguet berhasil menyusun karya bersama berjudul Paul et Virginie, sebuah tragedi percintaan kasih tak sampai Perancis yang terkenal yang memantul dari dan oleh karya semacam Le diable au corps. Akan tetapi Raymond Radiguet dengan usianya yang singkat tidak hanya berkarya tunggal. Roman karyanya yang cukup luas dikenal memakai judul Le bal du comte d’Orgel (1924) yang menggambarkan tentang pesta tari bertopeng yang meriah dan semarak namun mengandung bahaya dan ancaman cemburu, khianat, fitnah dan pertaruhan nyawa. Orang menyembunyikan diri dengan topeng, bukan saja terhadap orang lain tapi juga terhadap diri sendiri. Namun untuk memperkenalkan pengarang yang meninggal pada usia 20 tahun memadailah menyebutkan karyanya Le diable au corps yang dihasilkan pada tahun 1923.
Pada bagian penutup Le diable au corps entah Raymond Radiguet, entah si pencerita yang mungkin sekali Si Kembaran sang pengarang untuk membandingkan dengan karya sangat singkat Jorge Luis Borges ‘’Borges y Yo’’ sekilas dikisahkan bahkan ‘’La seule fois que j’aperçus Jacques, ce fut quelques mois après. Je voulus voir l’homme auquel Marthe avait accordé sa main.’’ (Cuma sekali aku bertemu dengan Jacques, terjadinya beberapa bulan kemudian. Aku ingin melihat lelaki yang tangannya disambut oleh Marthe).
Pertemuan antara kekasih dan suami Marthe itu baru terjadi ketika sang kekasih setengah mati merintih menahan hati yang terlalu pedih. ‘’Marthe! Kecemburuanku terus mengikuti sampai ke dalam kubur… Marthe! Ma jalousie la suivant jusque dans la tombe …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar