Selasa, Januari 22, 2008

Ehm.., Pesta Bona Taon Ni Punguan Amasada

Sejak awal Desember tahun lalu, acara ini telah dirancang. Membuhul hari, menentukan lokasi, siapa saja yang diundang, dan gerangan siapa pendeta yang akan berkotbah. Kalaupun kemudian tuan rumah berganti, dan yang berkotbah pun bukan pendeta – karena terlambat menghubungi – namun sintua, tak apalah. Tak ada Pesta Bona Taon yang urung.

Bagi orang Batak Kristen, Pesta Bona Taon adalah hal teramat jamak. Utamanya pada punguan/kumpulan marga. Bagi kumpulan koor mungkin tidak semua melaksanakannya.Namun bagi kumpulan koor kami, Koor Amasada, pesta bona taon adalah keharusan.

Pada kesempatan inilah, yang juga dihadiri oleh para istri dan anak, anggota Koor Amasada saling mengucapakan selamat tahun baru. Baku minta maaf atas kemalasan menghadiri jadwal latihan koor (marguru), atas perkataan yang terlanjur bercucuran, juga memberi saran – saran guna kemajuan kumpulan koor kami. Lazimnya, setelah mengakui kemalasannya, kami akan saling berjanji mulai saat itu menjadi rajin. Berikrarlah, tanpa diminta. Seperti biasa, minggu kan berganti bulan, janji pun basi, kami malas lagi.

Perihal ucap kata sumbang yang terlanjur meluncur, memang kerap di punguan koor Amasada. Beberapa teman biasanya lebih dulu menyambangi lapo tuak sebelum menjejak kaki ke tempat latihan koor. Bisa ditebak. Ketika latihan, besar suara tak mampu ditahan. Pilihan kata-kata ketika jeda pun lebih berani. Jika ada yang terkena ‘semprotan’ biasanya hanya bisa cengengesan, seraya berusaha membelokkan arah percakapan, atau berganti teman bicara. Sebenarnya bukan hanya tersebab ke lapo. Hari latihan yakni sabtu yang selalu diisi pesta-pesta batak pun menjadi punca. Bukankah di helat-helat batak ini pun mereka, eh, kami minum tuak juga. Pulang dari sana, kami pun ‘melayang’lah sedikit. Sipata, ke tempat latihan koor bahkan belum bersalin pakaian. Masih mengenakan baju pesta. Tahu kan baju pesta kebanyakan pria batak? Ya pakai batiklah.

Kami telah menyepakati sebenarnya, pengaturan waktu latihan. Tertulis dimulai pukul 19.30. Kenyataan selalu dimulai pukul delapan lewat ‘sedikit’. Sedikit bisa berarti seperempat bahkan setengah jam. “Tapaente ma satokkin nari. Ai sona adong dope donganhu soara dua.”, alasan serupa inilah yang kerap memundurkan jadwal latihan. “Dang lengkap dope formasi”, adalah kalimat induknya.

Apa? Geram? Hehehe, awalnya aku pun begitu. Kapan mau maju, iya kan. Dengan sok tegas pernah kuusulkan agar anggota yang tiga kali berturut-turut tidak menghadiri latihan, tanpa pemberitahuan tentunya, lebih baik diberhentikan. Aku lupa, entah kenapa usul yang waktu itu diterima tanpa perlawanan, akhirnya tak berlaku. Tak laku.

Kembali ke judul, Pesta Bona Taon Amasada kali ini diadakan di rumah tetanggaku. Jadi, tak boleh terlambat hadir marhobas. Tak ada alasan. Begitupun, janji marhobas dimulai pukul lima pagi, aku berangkat dari rumah sejam sesudahnya. Masih juga aku hadir lebih awal dari semua teman, kecuali sang sekben (sekretaris bendahara). Bersama seorang anak anggota punguan Amasada yang menjadi pemasok pinahan lobu, ia sibuk di hadapan tungku yang menyala-nyala, memegangi kaki-kaki babi yang akan kami masak menjadi lauk. Membiarkan kulit babi itu diterpa api, agar hanguslah sisa-sisa rambut atau bulu babi.


(tubikontiniu atawa marudut dope...)


Tidak ada komentar: