Sabtu, September 15, 2007

ROXANE oleh Hasan Junus

(dimuat di riau pos edisi ahad 9 Agustus 2007 )


Dalam suratnya kepada Usbek di Paris salah seorang perempuan jelita penghuni harem di negeri Persia bernama Roxane tertangkap basah ketika sedang berada dalam pelukan seorang lelaki, lalu dibunuh oleh para pengawal yang terdiri dari orang-orang kasim. Peristiwa dramatis ini tertuang dalam surat yang ke-161 sebagaimana tertera dalam dua buku terbitan lama yaitu pertama susunan PM Maas, ‘’Les Grands écrivains français – Esquisse historique et anthologie illustrée de la littérature française”, LCG Malmberg, Bois-le Duc, 1834, dan yang kedua Dr JB Besancon & W Struik ‘’Abrégé de l’histoire de la littérature française”, JB Wolters, Groningue Batavia, 1938. Di dalam akedua buku ini terdapat beberapa surat yang berasal dari karya Montesquieu yang terkenal berjudul ‘’Lettres persanes” (Surat-surat Persia) yang tercatat terbit buat pertama kali pada tahun 1721.


BERSAMA dengan Voltaire dan Jean-Jacques Rouseau, Montesquieu merupakan satu dari tiga nama triumvirat pemilik pikiran-pikiran yang mendorong terlaksananya Revolusi Perancis yang terkenal dengan semboyan solidaritas, persamaan, dan persaudaraan. Karya Montesquieu yang sangat dalam berpengaruh ialah De l’esprit des lois (1748) di mana untuk pertama kalinya orang mengenal trias politica yang langsung mengguncang sendi-sendi aritostokrasi di Perancis dan Eropa, lalu menyebar ke seluruh dunia.

Charles-Louis de Sécondat Baron de la Brede et de Montesquieu (1689-175) sendiri mengatakan dalam Lettres persanes surat ke-11 dari Usbek di Paris kepada Mirza di Isfahan yang mengatakan bahwa ‘’barangkali pecahan cerita berikut ini lebih dapat menyentuhmu daripada filsafat yang pelik” (Peut-etre que ce morceau d’histoire te touchera plus qu’une philosophie subtile).

Karena itulah surat Roxane di sebuah harem di kota Isfahan, Persia, kepada Usbek di Paris menyatakan tentang saat-saat terakhir seorang penghuni harem yang melanggar aturan yang dibuat para penguasa sehingga surat terakhir itu ditulisnya sementara bisa racun hukumanya mulai menjalari urat-urat di tubuhnya.

Oui, je t’ai trompé, j’ai séduit tes eubuques, je me suis jouée de ta jalousie, et j’ai su, de ton affreux sérail, faire un lieu de délices et de plaisirs.

(Ya, memanglah, aku telah mengkhianatimu, telah kugoda orang-orang kasimmu, telah kumanfatkan rasa cemburumu, telah kuubah haremmu yang mengerikan menjadi tempat penuh garirah dan nikmat.)

Je vais mourir: le poison va couler dans mes veines. Car que ferai-je ici, puisque le seul homme qui me retenait à la vie n’est plus? Je meurs; mais mon ombre s’envole bien accompagnée; je viens d’envoyer devant moi ces gardiens sacrilèges qui ont répandu plus beau sang du monde.

(Aku akan mati: racun akan mengalir di urat-urat tubuhku. Apa yang akan kulakukan sesudah satu-satunya lelaki yang membuat aku bersemangat hidup sudah pergi? Aku akan mati; tapi bayang-bayangku melayang bersama kekasihku; aku mengusir para penjaga celaka yang telah menumpahkan darah paling berharga di dunia ini.)

Comment as-tu pensé que je fusse assez crédule pour m’imaginer que je ne fusse dans le monde que pour adorer tes caprices? que, pendant que tu te permets tout, eusses le droit d’affliger tous mes désirs? Non! J’ai pu vivre dans ala servitude, mais j’ai toujours tenu dans l’indépendance.

(Bagaimana kau memikirkan aku percaya saja tentang aku ada di dunia ini Cuma untuk memuja kehendak-kehendakmu yang aneh? Tentang hakmu melukai hasratku sementara kau bisa berbuat sesukamu? Tidak! Aku mungkin hidup menghamba namun aku tetap merasa bebas.)

Tu devrais me rendre grâces encore du sacrifices que je t’ai fait: de ce que je me suis abaissee jusqu’à te paraître fidèle; de ce que j’ai lâchement gardé dans mon cœur ce que j’aurais dû faire paraître a tout la Terre; enfin, de ce que j’ai profané la vertu, en souffrante qu’on appelât de ce nom ma soumision à tes fantaisies.

(Mestinya kau berterima-kasih karena pengorbanan yang telah kulakukan buatmu: kurendahkan dirinya sepertinya aku setia padamu; dendamku kupendam dalam hati secara pengecut, padahal seharusnya kuperlihatkan pada seluruh Alam terbentang. Ujung-ujungnya kukotori kebajikan dengan cara menerima anggapan bahwa kepasrahanku pada kemauanmu ialah suatu kebajikan.)

Tu étais étonné de ne point trouver en moi les transports de l’amour. Si tu m’avais bien connue, tu y aurais trouvé toute la violence de la haine.

(Tentulah kau merasa heran sebab tidak mendapatkan sedikitpun rasa cintaku padamu. Sekiranya kau mengenal dahu lebih baik, akan kau lihat adanya perasaan benci yang menggelegak.)

Mais tu as eu longtemps l’avantage de croire qu’un cœur comme le mien t’était soumis. Nous étions tous deux heureux: tu me croyais trompée, et je te trompais.

(Akan tetapi untung saja selama ini selama kita bersama kau menyangka bahwa hatiku ini ialah milikmu. Selama itu kita nampak bahagia: kau menyangka kau telah mengkhianati daku, padahal aku yang telah mengkhianatimu.)

Ce langage, sans doute, te paraît nouveau. Serait-il possible qu’après t’avoir accablé de douleurs, je te forcasse encore d’admirer mon courage? Mais c’en est fait: le poison me consume; ma force m’abandonne; la plume me tombe des mains; je sens affaiblir jusqu’à ma haine; je me meurs.

(Tentu saja, bahasa yang kelihatannya saja baru bagimu, apakah masih mungkin agaknya, setelah demikian rupa aku menyakitimu, aku memaksamu mengagumi keberanianku? Akan tetapi semua ini sudah terjadi: racun akan menjalari tubuhku, kekuatan akan meninggalkan diriku; kalam akan terlepas dari pegangan tanganku, bahkan kurasa rasa benciku padamu pun melemah; aku akan mati.)

Surat dahsyat dari Roxane di sebuah harem Isfahan, Persia, kepada Usbek di Paris itu bertanggal 8 Rabiul-awal tahun Masehi 1720.

Sebagai salah-seorang peletak dasar bagi Revolusi Perancis maka Montesquieu bersama Voltaire dan Rousseau menyemai benih-benih perlawanan yang menghentikan laju kekuasaan feodalisme dengan aristokrasinya yang sewenang-wenang. Pengarang tiga serangkai ini menolak tradisi yang sudah berdiri lama tiada mau bergeser mermberikan jalan, dan mereka berupaya membuka dasar kebebasan dan menegaakkan hak-hak dasar kemanusiaan zaman modern kita. Karyanya yang di dalamnya ada tokoh Roxane yang harus menghakhiri hidupnya dengan hukuman mionum racun (seperti Sokrates) dihidangkan dalam bentuk epistolaire yaitu terdiri dari surat-surat.

Tidak ada komentar: