Jumat, September 14, 2007

Václav Havel oleh Hasan Junus

(dimuat di Riau Pos Edisi Ahad 04 Maret 2007)

Kalau Léopold Sédar Senghor ialah penyair yang menjadi Presiden Negara, Václav Havel ialah dramawan yang menjadi Presiden Negara. Senghor menjadi Presiden Sénégal di Afrika sejak negeri itu merdeka dari Perancis pada tahun 1960 sampai 31 Desember 1980 ketika ia meletakkan jabatan. Dan Havel menjadi Presiden Republik Cek di Eropa Tengah dari tahun 1989 sampai tahun 1992; pada masa pemerintahannya negeri Cekoslowakia terbagi dua. Ia dilahirkan di Praha, ibukota negeri Cek sewaktu negeri itu masih bersatu dan bernama Cekoslovakia, pada 5 Oktober 1936. Ia anak seorang kaya di tengah belantara totaliterisme yang lebih dahsyat dari lebatnya hutan sepanjang Amazone. Karena itulah ia ditolak memasuki semua pintu perguruan tinggi. Sehingga sejak sangat muda ia sudah amat memahami penolakan yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam banyak karya Franz Kafka (1883-1924), pengarang berdarah Yahudi yang menggunakan bahasa Jerman, berasal dari kota yang sama.
BERBEDA dengan Kafka, Havel tidak menulis dalam bahasa Jerman tapi memakai bahasa Cek seperti yang dilakukan oleh pengarang-pengarang Karel Èapek (1890-1938), Jaroslav Hašek (1883-1923), Václac Øezáè (1901-1956), Jan Procházka 1929-1971), Bohumil Hrabal (lahir 1914), Josef Škvorecký (lahir 1924), Arnošt Lustig ((lahir 1929), Milan Kundera (lahir 1929) dan lain-lain. Berbeda dengan Josef Škvorecký dan Milan Kundera yaang pergi dari negerinya menyelamatkan diri dari cengkeraman pemerintah totaliter di negeri Cek dan Slowakia yang masih bersatu, Vaclav Havel tetap bertahan biar seperti apapun berat penanggungan. Berbeda dengan kedua temannya itu, Škvorecký yang menyelamatkan diri ke Kanada dan memakai juga bahasa Inggeris, dan Kundera ke Paris dan memakai juga bahasa Perancis bila perlu, Havel terus setia di Praha dan menjadi bentara setia bahasa dan sastra Cek.

Václav Havel ialah gambaran terbalik dari tokoh Oliver Twist dalam karya Charles Dickens. Karena ia anak seorang kaya di tengah rimba totaliterisme yang lebat, ia bahkan dilarang masuk ke perguruan tinggi. Dan dilarang itu, dilarang ini, hidup dalam kebudayaan larangan yang dengan subur menumbuhkan sikap dan perintah tak boleh itu tak boleh ini, jangan itu jangan ini, yang boleh ialah yaang ini saja dan semata-mata, Bukan ini dan bukan itu. Semua itu hampir saja membuat pemuda Václav Havel berhenti hidup. Kebudayaan larangan atau kebudayaan jangan sebenarnya dapat kita jumpai di sekitar kita kalau saja kita mau menghadapkan muka ke masa lampau yaitu di dalam kebudayaan tradisional, terlebih-lebih pada bagian yang sangat kental dengan kadar dan nilai feodal. Sisi buruk bagian ini ialah terlampau kaya dengan jangan dan terlalu banyak dengan beban berat aneka larangan yang dapat membuat hidup orang berhenti mendadak.

Seperti angina pectoris yaitu serangan jantung yang serbuan mendadaknya tak akan kuat menghadang datangnya gempa dahsyat kematian. Di sinilah terletak berbahayanya kebudayaan totoliterian dalam berbagai bentuk. Racun totaliterisme seperti ini dimasak pada api di atas tiga tunggu yang tegap solid yang terdiri dari tungku pantang, tungku larang dan tungku jangan. Penawar atau obat racun seperti ini yang telah melalui perjalanan masa pengujian yang panjang hanya ada dua macam yaitu agama dan seni. Kebudayaan totaliter yang senantiasa otoriter dan senantiasa pula mengandalkan pantang, larang dan jangan dapat membuat rapuh tulang dan daging kehidupan.

Di tengah prahara seperti inilah Václac Havel bertahan. Dan ketika gergasi totaliter berlalu dari Cekoslowakia ia berhasil keluar hidup-hidup dari kancah yang sudah banyak memakan korban. Namun perlu diingat bahwa yang bernama totalitarisme itu sosoknya berwujud saling bertentangan, sangat buruk rupa atau sangat rupawan. Sama halnya dengan hantu dapat memakai sosok puntianak @ kuntilanak yang cantik, pari-pari yang jelita, perempuan bunian yang mempesona, bisa juga setengah mati hodoh @ buruk seperti kuda Nil yang buta sebelah berjanggut tujuh helai atau lain-lain seumpama itu. Pakailah imajinasi Anda seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya.

Karya-karya pentasnya yang terkenal di antaranya Zahradní slavnost (1963; ‘’Pesta Taman’’), Vyrozumní (1965; ‘’Memorandum’’), Ztížena možnost soustøedìni (1968; ‘’Konsentrasi Kesulitan yang Bertambah’’). Semua karya pentas Václac Havel mengandung ciri yang sama dengan karya seni yang didamba dan dicita-citakan semua seniman sejati yaitu karya yang mengandung semangat zaman ketika karya itu diciptakan, bukan yang mengelap-ngelap warisan lama yang sudah basi. Setiap seniman sejati menolak makan nasi dan roti basi dan telinga mereka tak sudi mendengar musik basi, mata mereka tak sualak memandang nyanyi basi dan rohani mereka tak bisa menerima karya basi. Suatu contoh: tragedi William Shakespeare memang besar dan mendalam pengaruhnya pada zamannya, tapi kemudian datang Eugène Ionesco (1909-1994) memandang semua itu dari teropong Rabelaisian yang mengajak orang sedunia ketawa, mengetawakan lawan di seberang dan juga mengetawakan diri sendiri. Tiresias dalam mitologi Yunani ialah seorang peramal buta, tapi penyair surrealisme Perancis Guillaume Apollinaire menjadikan lelaki itu mempunyai tetek seperti perempuan jelita sempurna dalam karya pentas surrealistis pertama pada tahun 1917 berjudul Les Mamelles de Tirésias.

Di manapun gelanggang penciptaannya seorang seniman senantiasa melawan status quo yang biasanya dikawal ketat oleh kaum tradisionalis. Golongan yang disebut terakhir ini terdiri dari orang-orang yang lucu karena mereka secara gila-gilaan sehingga nyaris gila, dan juga secara mati-matian sampai hampir mati berupaya sekeras-kerasnya, lebih keras dari batu dan besi, menahan lajunya waktu. Bukanlah kita diajarkan oleh para filsuf (yang sebenarnya tak mengenal arah Timur dan Barat karena dalam kata filsafat itu terkandung makna universal) agar mengetahui bahwa waktu itu terbang dan kita haruslah terbang bersama waktu. Faal kehadiran diri seorang seniman dan sekaligus faal karya seni ciptaannya ialah suatu keharusan untuk terus menerus bergerak sejalan dengan terbangnya waktu. Sang waktu itulah yang memerintahkan para seniman berkarya sesuai dengan jelajah penerbangannya. Karena itu apabila seorang seniman berkarya pada tahun 2007 ia haruslah meresapi dan melahirkan hal-hal yang sesuai dengan kehendak dan ukuran serta keharusan periode yang dihidupinya. Kalau ia berkarya seperti seniman zaman dulu berarti ia membohongi masyarakat seni yang hendak menikmati karyanya.

Saudara-saudaraku para pengarang yang berusia muda, salangkan Václac Havel yang hidup di tengah belantara lebat totaliterisme yang hebat dahsyat, yang lebih sempit dari penjara, yang lebih terkungkung dari penindasan para tiran, yang lebih pedih dari disembelih sedangkan dapat menghasilkan karya-karya besar yang tahan dirempuh waktu apalagi Anda yang jiwa dan badan merdeka tidak terbelenggu.

Tidak ada komentar: